China Tuduh WHO Politisisai Asal Virus Corona, Penyelidikan Ditolak

- 22 Juli 2021, 19:13 WIB
 Ilustrasi Covid-19. Total kasus positif di Indonesia sudah tembus 3 juta./pixabay/12222786
Ilustrasi Covid-19. Total kasus positif di Indonesia sudah tembus 3 juta./pixabay/12222786 /



ISU BOGOR - China menolak penyelidikan kedua asal virus corona oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) karena menganggap ada unsur politisasi.

Penyelidikan kedua WHO itu tentang asal usul virus corona, yang mencakup hipotesis bahwa virus itu bisa lolos dari laboratorium China.

WHO bulan ini mengusulkan studi fase kedua tentang asal-usul virus corona di China.

Baca Juga: Covid-19 Menginsirasi Facebook Membuat Fitur Doa, Ini Tanggapan Warga AS

Termasuk audit laboratorium dan pasar di kota Wuhan yang menyerukan transparansi dari pihak berwenang.

"Kami tidak akan menerima rencana penelusuran asal seperti itu, dalam beberapa aspek, mengabaikan akal sehat dan menentang ilmu pengetahuan," kata wakil menteri Komisi Kesehatan Nasional (NHC) China Zeng Yixin kepada wartawan.

Zeng mengatakan dia terkejut ketika pertama kali membaca rencana WHO karena mencantumkan hipotesis itu.

Bahwa pelanggaran protokol laboratorium Tiongkok telah menyebabkan virus bocor selama penelitian.

Kepala WHO sebelumnya mengatakan pada Juli bahwa penyelidikan asal-usul pandemi COVID-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran di sana.

Baca Juga: Ratusan Orang Dievakuasi dan Belasan Tewas, Pemerintah China Awasi Risiko Kereta Api

Zeng menegaskan kembali posisi China bahwa beberapa data tidak dapat sepenuhnya dibagikan karena masalah privasi.

"Kami berharap WHO secara serius meninjau pertimbangan dan saran yang dibuat oleh para ahli China dan benar-benar memperlakukan penelusuran asal virus COVID-19 sebagai masalah ilmiah, dan menyingkirkan campur tangan politik," kata Zeng.

Zeng pun menekankan, China menentang politisasi penelitian asal usul virus corona yang masih diperdebatkan di antara para ahli.

Meskipun kasus pertama yang diketahui muncul di kota Wuhan di Cina tengah pada Desember 2019.

Virus itu diyakini telah melompat ke manusia dari hewan yang dijual untuk makanan di pasar kota.

Pada bulan Mei, Presiden AS Joe Biden memerintahkan para pembantunya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang asal usul virus corona itu.

Biden mengatakan bahwa badan-badan intelijen AS sedang mengejar teori-teori saingan yang berpotensi termasuk kemungkinan kecelakaan laboratorium di China.

Baca Juga: Covid-19 Melonjak, Warga Mulai Sadar Rela Antre Panjang Vaksinasi, Mengapa?

Zeng, bersama dengan pejabat lain dan pakar China pada konferensi pers, mendesak WHO untuk memperluas upaya penelusuran asal di luar China ke negara lain.

Pernyataan Zeng pun diperkuat pemimpin tim China di tim ahli gabungan WHO, Liang Wannian.

"Kami percaya kebocoran laboratorium sangat tidak mungkin dan tidak perlu menginvestasikan lebih banyak energi dan upaya dalam hal ini," katanya.

Dikatakan Liang, lebih banyak penelitian hewan harus dilakukan, khususnya di negara-negara dengan populasi kelelawar.

Namun, ia mengakui hipotesis kebocoran laboratorium tidak dapat diabaikan sepenuhnya.

Liang pun menyarankan bahwa jika bukti diperlukan, negara lain dapat melihat kemungkinan kebocoran dari laboratorium mereka.

Baca Juga: Sebelum melonjak Warga Rusia Banyak Menolak Vaksin, Hanya Dijatah 21 Persen, Sekarang?

Salah satu bagian penting dari teori kebocoran laboratorium berpusat pada keputusan Institut Virologi Wuhan (WIV)

WIV yang bisa memutuskan menonaktifkan urutan gen dan basis data sampelnya pada tahun 2019.

Ketika ditanya tentang keputusan ini, profesor di WIV dan direktur Laboratorium Keamanan Hayati Nasional Yuan Zhiming mengatakan bahwa saat ini database hanya dibagikan secara internal karena kekhawatiran serangan dunia maya.***

Editor: Chris Dale

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x