Sebagaimana diketahui, nama Raden Ayu Lasminingrat sebetulnya memiliki peran penting bagi dunia pendidikan di Indonesia. Entah kenapa namanya kurang terkenal dibandingkan tokoh perempuan yang jadi pahlawan nasional seperti RA Kartini.
Padahal, saat Raden Ayu Lasminingrat sudah banyak berjasa dan berkarya untuk bangsa, justru RA Kartini belum lahir. Begitu pula dengan Dewi Sartika, dan banyak tokoh wanita lain yang belum lahir.
Baca Juga: Waktu Imsak dan Buka Puasa Hari Ini 29 Maret 2023 di Bogor
Lantas seperti apa sejarah Raden Ayu Lasminingrat yang merupakan tokoh intelektual perempuan pertama di Indonesia ini? Berikut ulasannya sebagaimana dikutip dari laman Jogjaprov.go.id:
Profil Raden Ayu Lasminingrat
Raden Ayu Lasminingrat terlahir dengan nama Soehara pada tahun 1843, merupakan putri seorang Ulama/Kyai, Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda, Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria.
Lasmi juga merupakan istri kedua dari Rd. Adipati Aria Wiratanudatar VII, Bupati Garut. Wafat pada 10 April 1948 dalam usia 105. Jenazahnya dimakamkan di belakang Mesjid Agung Garut, berdampingan dengan makam suaminya.
Baca Juga: Cara Daftar KIP Kuliah Bagi yang Tidak Punya KIP, Lengkap dengan Syarat dan Tahapannya
Lasminingrat memiliki kecerdasan luar biasa, mendapat Pendidikan di sekolah Belanda di daerah Sumedang. Selama di Sumedang, Lasminingrat diasuh oleh teman Belanda ayahnya, Levyson Norman.
Karena didikan Norman, Lasminingrat tercatat sebagai perempuan pribumi satu-satunya yang mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda pada masanya.
Perjuangan dan Karya Raden Ayu Lasminingrat
Perjuangan Lasminingrat diawali dari dunia kepenulisan. Salah satunya buah tangannya dengan menerbitkan buku Carita Erman yang merupakan terjemahan dari Christoph von Schmid, kemudian Warnasari atawa roepa-roepa dongeng.