"Kemudian Utara Sulawesi, Papua, semua berada di daerah ancaman Megathrust Tsunami ini," papar Eko.
Menurutnya, hal tersebut bisa dilihat masyarakat Indonesia secara tradisional itu juga mengabadikan di dalam budayanya tentang kejadian-kejadian Megathrust Tsunami ini.
"Di masa lalu, karena mereka mempunya keperluan untuk menyelamatkan generasi penerus, generasi mudanya maka ada budaya-budaya yang terkait dengan upaya menyelamatkan diri dari Tsunami," ucapnya.
Misalnya seperti di Pulau Simelu mereka punya pengetahuan tradisional yang disebut sebagai smong. Namun demikian, hal tersebut jika ditanyakan ke orang Simelu mereka semua tidak akan bisa jawab satu definisi.
"Mereka hanya menjelaskan, smong itu adalah ketika ada gempa kuat, kemudian air laut surut, maka sebentar lagi air laut itu akan naik ke darat," paparnya.
Lebih lanjut, kata Eko, pengetahuan seperti smong inilah yang menyelamatkan masyarakat Simelu yang sebenarnya berada paling dekat sumber gempa dan Tsunami pada 2004.
"Ya disana saat itu hanya ada 7000 korban, dan pengetahuan ini bukan hanya di Simelu, karena kejadian ini saya menyebutnya nafas bumi, sejak bumi diciptakan sejak Indonesia sudah ada, gempa, tsunami," papar Eko.
Bahkan, gunung ada interaksi itu sudah ada, sehingga kemudian pengetahuan ini telah dimiliki oleh banyak komunitas suku bangsa di seluruh Indonesia.