"Secara ilmiah dalam dunia Meteorologi, fenomena awan tersebut dinamakan dengan awan Arcus (ref: cloud atlas World Meteorological Organization, WMO)," terang Deputi Bidang Meteorologi Guswanto sebagaimana dilansir laman resmi BMKG.go.id.
Fitur awan Arcus dapat ditemukan di antara jenis awan Cumulonimbus dan Cumulus.
"Awan arcus merupakan awan yang lazim terjadi meskipun frekuensi kejadiannya jarang, memiliki tinggi dasar awan yang rendah, serta formasi pembentukannya horizontal memanjang seolah-olah seperti gelombang," jelasnya.
Fenomena awan Arcus terbentuk sebagai hasil dari ketidakstabilan atmosfer di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembap sehingga membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang.
"Kondisi tersebut dapat terjadi salah satunya karena adanya fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan," terangnya.
Baca Juga: Viral Video Fenomena Burung Mati Mendadak di Masa PPKM, Warga Sukabumi: Bertebaran di Belakang Rumah
Fenomena awan Arcus ini dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir di sekitar pertumbuhan awan.
Keberadaan awan ini murni merupakan fenomena pembentukan awan yang terjadi akibat adanya kondisi dinamika atmosfer dan tidak ada kaitannya dengan potensi gempa atau Tsunami maupun hal-hal mistis.
"Masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi kondisi cuaca buruk dan dapat selalu memperbarui informasi cuaca dari BMKG," pungkasnya.***