Sebab, lanjut dr. Hastry pengambilan sampel DNA kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang ini, memang sulit.
"Pengambilan sampel DNA, selain darah itu sulit, apalagi properti kan, harus di cek teknis di lab, itukan butuh minimal sehari untuk menjadi sampel yang dijadikan DNA gitukan," kata dr. Hastry.
Menurut dr. Hastry dengan ketelitian dan lamanya proses pengambilan sampel DNA itu karena tidak ingin hal kecil seperti itu hilang.
"Jangan sampai hal kecil itu bisa ilang inti sel nya atau mito kondrian nya jangan sampai ilang, itu kan butuh ketelitian," jelas dr. Hastry.
Selanjutnya, kata dr. Hastry, hanya sedikit yang bekerja di laboratorium forensik meneliti DNA.
Baca Juga: Satu Pelajar Bogor Tewas Dibacok, 6 Pembunuh Ditangkap
"Maksudnya teman saya di lab itu sekitar 4 orang, dengan bekerja seperti banyak seperti itu, jarang. Makanya kan kalau saya dipanggil temen di universitas atau adik-adik selalu mengajak untuk mengambil ilmu DNA forensik," tegas dr. Hastry.
Bahkan, dirinya membujuk para adik-adik yang kuliah di kedokteran untuk tidak mengikuti jejaknya mengambil bidang keilmuan forensik patologi seperti dirinya.
"Coba DNA forensik atau toxikologi forensik itu luar biasa, masih dibutuhkan sekali, gitu loh, dan pelan kan, apalagi DNA yang diambil dari sidik jari yang melekat di tv, disini itukan butuh ketelitian, lama juga harus pelan-pelan," kata dr. Hastry.***