ISU BOGOR - Jumlah kelahiran baru di China turun hingga 15 persen selama pandemi Covid-19 pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dengan munculnya penyakit virus Covid-19, cukup mengganggu ekonomi dan membebani keputusan untuk berkeluarga, menurut Kementerian Keamanan Publik.
Baca Juga: Hujan di Bogor Mereda, Bendung Katulampa Siaga 4
Baca Juga: Jalan Tol Cipali Km 122 Amblas, Perbaikan Memakan Waktu 20 Hari
Baca Juga: True Beauty Tamat, Hwang In Yeop Tulis Surat Terima Kasih Pada Penggemar
China mengalami kelahiran baru sebanyak 10.035 juta tahun lalu, menurut kementerian pada Senin, 8 Februari 2021, angka itu turun dibandingkan dengan 11,79 juta kelahiran di tahun 2019.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pasangan yang enggan memiliki anak karena peningkatan biaya perawatan kesehatan, pendidikan, dan perumahan.
Penghapusan pada 2016 tentang kebijakan satu anak sebelumnya berlaku selama puluhan tahun tidak memberikan banyak dorongan bagi angka kelahiran baru di negara tersebut.
Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh Covid-19 tahun lalu, semakin membebani keputusan untuk memiliki anak.
Hal ini memperpanjang penurunan kelahiran jangka panjang di negara berpenduduk paling padat tapi cepat menua di dunia itu.
Seperlima dari warga negara China berusia 60 tahun ke atas atau sekitar 250 juta orang.
Baca Juga: Panduan KIP Kuliah 2021 Bisa Didownload, Berikut Link dan Caranya
Baca Juga: Apa Saja Keuntungan KIP Kuliah 2021? Berikut Penjelasannya
Penuaan yang cepat akan menciptakan hambatan kebijakan bagi para pemimpin China.
Hal ini dikarenakan mereka berjanji menjamin perawatan kesehatan dan pembayaran pensiun.
Biro Statistik Nasional China diperkirakan akan merilis data resmi populasi pada 2020 akhir Februari mendatang.***